(...)
Saya tidak bisa tidur. entah kenapa. mungkin karena kasur baru saya yang terlalu empuk sehingga tubuh saya mulai dari punggung sampai kaki tertelan oleh si kasur.
Kasur murah yang saya beli dari toko barang bekas. Saya suka toko barang bekas, dari dulu. Mungkin karena tidak seperti barang baru yang seringkali bau minyak tanah atau bau pengawet, barang bekas selalu berbau kehidupan. Coretan pada buku leaves of grass yang saya temukan dan dihargai lima ribu rupiah saja di palasari yang membuat saya ingin tahu, seperti apa orang yang memiliki buku ini pertama kali. Kaset dan cd bekas yang membuat saya seringkali berbincang-bincang berjam-jam di pinggir jalan pasar loak di cihapit. 'Tidak banyak cewek berjilbab seumuran kamu yang suka kesini. Dulu kamu pasti psychedelic,' itu hanya sekian dari banyak 'tuduhan' para penjual kaset bekas itu pada saya, yang kemudian akan memberikan tumpukan cd untuk saya pilih, dan saya berjuang keras untuk tidak membeli semuanya. Baju bekas dari Korea yang saya beli enam ribu saja di Gedebage, dari penjual yang rata-rata orang Sumatera (kalau saya beruntung, orang Palembang, yang kalau saya ajak berbicara bahasa Palembang akan menurunkan harganya gila-gilaan). Baju bekas ukuran L yang membuat saya berpikir, apakah ada orang disana yang seukuran saya. Dari film-film, tampaknya mereka semua kecil mungil. Mungkin S, bahkan XS.
Dan kasur ini. Saya tidak tahu sejarah kasur ini. Mungkin pemiliknya pindah ke luar kota. Mungkin mereka mengganti kasurnya dengan yang lebih baru, lebih empuk. Mungkin.
Saya tidak bisa tidur. Dulu kasur saya yang lama, yang terlalu keras dan tua itu juga saya jadikan alasan. Kini saya tidak bisa lagi menyalahkan kasur. Karena kasur saya kini empuk. Bisa ditarik ke atas untuk membaca.
Saya juga menyadari. Kini, saya tak lagi membaca puisi.
Kasur murah yang saya beli dari toko barang bekas. Saya suka toko barang bekas, dari dulu. Mungkin karena tidak seperti barang baru yang seringkali bau minyak tanah atau bau pengawet, barang bekas selalu berbau kehidupan. Coretan pada buku leaves of grass yang saya temukan dan dihargai lima ribu rupiah saja di palasari yang membuat saya ingin tahu, seperti apa orang yang memiliki buku ini pertama kali. Kaset dan cd bekas yang membuat saya seringkali berbincang-bincang berjam-jam di pinggir jalan pasar loak di cihapit. 'Tidak banyak cewek berjilbab seumuran kamu yang suka kesini. Dulu kamu pasti psychedelic,' itu hanya sekian dari banyak 'tuduhan' para penjual kaset bekas itu pada saya, yang kemudian akan memberikan tumpukan cd untuk saya pilih, dan saya berjuang keras untuk tidak membeli semuanya. Baju bekas dari Korea yang saya beli enam ribu saja di Gedebage, dari penjual yang rata-rata orang Sumatera (kalau saya beruntung, orang Palembang, yang kalau saya ajak berbicara bahasa Palembang akan menurunkan harganya gila-gilaan). Baju bekas ukuran L yang membuat saya berpikir, apakah ada orang disana yang seukuran saya. Dari film-film, tampaknya mereka semua kecil mungil. Mungkin S, bahkan XS.
Dan kasur ini. Saya tidak tahu sejarah kasur ini. Mungkin pemiliknya pindah ke luar kota. Mungkin mereka mengganti kasurnya dengan yang lebih baru, lebih empuk. Mungkin.
Saya tidak bisa tidur. Dulu kasur saya yang lama, yang terlalu keras dan tua itu juga saya jadikan alasan. Kini saya tidak bisa lagi menyalahkan kasur. Karena kasur saya kini empuk. Bisa ditarik ke atas untuk membaca.
Saya juga menyadari. Kini, saya tak lagi membaca puisi.
Comments
Post a Comment