My Mistress's Sparrow is Dead
My Mistress's Sparrow Is Dead: Great Love Stories from Chekhov to Munro by Jeffrey Eugenides
My rating: 5 of 5 stars
"When it comes to love, there are a million theories to explain it. But when it comes to love stories, things are simpler. A love story can never be about full possession. Love stories depend on disappointment, on unequal births and feuding families, on matrimonial boredom and at least one cold heart. Love stories, nearly without exception, give love a bad name. It is perhaps only in reading a love story (or in writing one) that we can simultaneously partake of the ecstasy and agony of being in love without paying a crippling emotional price. I offer this book, then, as a cure for lovesickness and an antidote to adultery. Read these love stories in the safety of your single bed. Let everybody else suffer." Jeffrey Eugenides, from the introduction to My Mistress's Sparrow Is Dead
Saya meminjam buku ini dari perpustakaan sebenarnya karena saya ingin baca buku yang 'ringan'. Di rumah, secara tidak sengaja, buku yang tertinggal belum dibaca adalah buku Social Complexity (buku yang saya beli dengan saran dari raja kompleksitas Hokky :p) dan buku Umberto Eco yang bukan novel, dan saya sedang tidak mood membaca buku yang bikin kening berkerut. Saya ambil buku itu karena ada tulisannya, 'love story'. Saya tidak tahu siapa Jeffrey Eugenides. Dan saya juga belum pernah membaca tulisan Chekhov ataupun Munro.
Ternyata Jeffrey Eugenides adalah penulis yang pernah memenangkan Pulitzer lewat bukunya Virgin Suicides (oh, itu dia rupanya :p). Dia mengumpulkan cerita-cerita di dalam buku ini dengan benang merah seekor burung, sparrow, yang menjadi salah satu inspirasi seorang penyair Latin, Catullus, seorang penyair yang bisa dibilang memulai genre 'kisah cinta'.
Jadilah buku ini berjudul My Mistress's Sparrow is Dead. Cerita-cerita pendek di dalam buku ini ditulis oleh berbagai macam pengarang dengan beragam latar belakang, dan sebagai warning, ini bukan kisah cinta biasa. Mulai dari kisah cinta ala Anton Chekhov yang 'menggantung' (tapi juga membuka ruang seluas-luasnya untuk imajinasi), Lalu Harold Brodkey yang membawa saya pada kisah cinta tahun 50-an di Amerika (di cerita pendeknya yang lain, Innocence, yang juga masuk ke antologi ini, Brodkey bercerita tentang upaya keras seorang kekasih untuk memberikan kepuasan secara seksual pada pasangannya yang membuat saya ikut kelelahan dengan detil dan 'kerja kerasnya'). Lalu ada juga cerita cinta dari Vladimir Nabokov yang harus saya akui, tidak saya mengerti. Mungkin karena seperti kata Eugenides, tidak ada yang mengalahkan Nabokov dalam hal bercerita. Cerita yang saya sukai betul adalah cerita tentang seorang middle age gay yang berkutat dengan keluarganya oleh Deborah Eisenberg dalam Some Other, Better Otto yang pada akhir cerita meninggalkan pertanyaan eksistensialis tentang hidup. Juga ada tulisan dari Milan Kundera, salah satu pengarang favorit saya yang menampilkan 'Hitchhiking Games' yang seperti biasa, selalu berkutat mengenai mikrokosmos manusia. Favorit saya yang lain adalah tulisan dari Raymond Carver,'What We Talked About When We Talked About Love' (Raymond Carver ini adalah pahlawan dari penulis favorit saya yang lain, Haruki Murakami, dan ini adalah tulisan pertama Carver yang saya baca, dan saya suka sekali). Dan tentu saja, cerita ditutup dengan tulisan yang menurut pendapat saya, memang pantas dijadikan penutup cerita, The Bear Came Over The Mountain' dari Alice Munro.
Cerita-cerita di dalam buku ini bukan kisah cinta biasa. Kebanyakan tidak berakhir dengan 'happily ever after' ala kisah Disney. Sebagian bahkan hanya bercerita mengenai fragmen dari sebuah kisah cinta. Cerita-cerita ini bercerita mengenai pergumulan manusia dengan cinta, dan hidup secara garis besar, dan bukan hanya cinta pada pasangan, tapi -seperti pada cerita Some Other, Better Otto- juga bercerita mengenai kompleksitas relasi sebuah keluarga. Sebagian dari cerita membuat saya bertanya-tanya, dan penutup cerita, Alice Munro, membuat saya menangis
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
"When it comes to love, there are a million theories to explain it. But when it comes to love stories, things are simpler. A love story can never be about full possession. Love stories depend on disappointment, on unequal births and feuding families, on matrimonial boredom and at least one cold heart. Love stories, nearly without exception, give love a bad name. It is perhaps only in reading a love story (or in writing one) that we can simultaneously partake of the ecstasy and agony of being in love without paying a crippling emotional price. I offer this book, then, as a cure for lovesickness and an antidote to adultery. Read these love stories in the safety of your single bed. Let everybody else suffer." Jeffrey Eugenides, from the introduction to My Mistress's Sparrow Is Dead
Saya meminjam buku ini dari perpustakaan sebenarnya karena saya ingin baca buku yang 'ringan'. Di rumah, secara tidak sengaja, buku yang tertinggal belum dibaca adalah buku Social Complexity (buku yang saya beli dengan saran dari raja kompleksitas Hokky :p) dan buku Umberto Eco yang bukan novel, dan saya sedang tidak mood membaca buku yang bikin kening berkerut. Saya ambil buku itu karena ada tulisannya, 'love story'. Saya tidak tahu siapa Jeffrey Eugenides. Dan saya juga belum pernah membaca tulisan Chekhov ataupun Munro.
Ternyata Jeffrey Eugenides adalah penulis yang pernah memenangkan Pulitzer lewat bukunya Virgin Suicides (oh, itu dia rupanya :p). Dia mengumpulkan cerita-cerita di dalam buku ini dengan benang merah seekor burung, sparrow, yang menjadi salah satu inspirasi seorang penyair Latin, Catullus, seorang penyair yang bisa dibilang memulai genre 'kisah cinta'.
Jadilah buku ini berjudul My Mistress's Sparrow is Dead. Cerita-cerita pendek di dalam buku ini ditulis oleh berbagai macam pengarang dengan beragam latar belakang, dan sebagai warning, ini bukan kisah cinta biasa. Mulai dari kisah cinta ala Anton Chekhov yang 'menggantung' (tapi juga membuka ruang seluas-luasnya untuk imajinasi), Lalu Harold Brodkey yang membawa saya pada kisah cinta tahun 50-an di Amerika (di cerita pendeknya yang lain, Innocence, yang juga masuk ke antologi ini, Brodkey bercerita tentang upaya keras seorang kekasih untuk memberikan kepuasan secara seksual pada pasangannya yang membuat saya ikut kelelahan dengan detil dan 'kerja kerasnya'). Lalu ada juga cerita cinta dari Vladimir Nabokov yang harus saya akui, tidak saya mengerti. Mungkin karena seperti kata Eugenides, tidak ada yang mengalahkan Nabokov dalam hal bercerita. Cerita yang saya sukai betul adalah cerita tentang seorang middle age gay yang berkutat dengan keluarganya oleh Deborah Eisenberg dalam Some Other, Better Otto yang pada akhir cerita meninggalkan pertanyaan eksistensialis tentang hidup. Juga ada tulisan dari Milan Kundera, salah satu pengarang favorit saya yang menampilkan 'Hitchhiking Games' yang seperti biasa, selalu berkutat mengenai mikrokosmos manusia. Favorit saya yang lain adalah tulisan dari Raymond Carver,'What We Talked About When We Talked About Love' (Raymond Carver ini adalah pahlawan dari penulis favorit saya yang lain, Haruki Murakami, dan ini adalah tulisan pertama Carver yang saya baca, dan saya suka sekali). Dan tentu saja, cerita ditutup dengan tulisan yang menurut pendapat saya, memang pantas dijadikan penutup cerita, The Bear Came Over The Mountain' dari Alice Munro.
Cerita-cerita di dalam buku ini bukan kisah cinta biasa. Kebanyakan tidak berakhir dengan 'happily ever after' ala kisah Disney. Sebagian bahkan hanya bercerita mengenai fragmen dari sebuah kisah cinta. Cerita-cerita ini bercerita mengenai pergumulan manusia dengan cinta, dan hidup secara garis besar, dan bukan hanya cinta pada pasangan, tapi -seperti pada cerita Some Other, Better Otto- juga bercerita mengenai kompleksitas relasi sebuah keluarga. Sebagian dari cerita membuat saya bertanya-tanya, dan penutup cerita, Alice Munro, membuat saya menangis
View all my reviews
Comments
Post a Comment