Rasa...



Tiba-tiba perasaan yang lain (yang juga meluap-luap) muncul lagi. Rasa bersalah. Gara-gara membaca sebuah blog tentang seorang perempuan muda 32 tahun yang meninggal secara mendadak di Singapura setelah asmanya kambuh dan dia telat memperoleh pertolongan.

Jejak yang ditinggalkan perempuan itu di blognya adalah jejak indah yang menorehkan kehangatan pada siapa saja yang membacanya.

Tiba-tiba saja, di antara helai-helai rumput yang sedang kupotong pagi tadi, aku terduduk. Aku iri pada perempuan itu.

Melihat Bianglala melambaikan tangannya padaku, sambil menari di depan televisi yang terus menerus menyanyikan lagu 'Barney'.

Aku meninggalkan banyak jejak buruk. Aku bukan perempuan itu, teh inong, yang seorang ibu yang baik dan istri yang hebat.

Aku tidak bisa memasak. Keras kepala setengah mati. Seseorang yang menurut almarhum suamiku, kadang seperti manusia dari planet lain yang gagap menanggapi dunia sekitarnya, terus menerus bingung dan penuh dengan pertanyaan tidak perlu. Aku makhluk asing, bahkan pada diriku sendiri.

Perasaan bersalah itu. Pada dia. Yang bertumpuk berlipat karena aku tidak bisa melakukan banyak hal sekarang untuk memperbaikinya. Yang membuat semua hal indah yang pernah terjadi jadi terlalu sedikit untuk dikenang, yang membuat semua keluh kesahku dan kemarahanku dahulu signifies nothing.

Waktu. Waktu.

Aku duduk menggunting rumput yang dahulu kami tanam bersama-sama. Menatap seorang anak yang kami cintai di minggu pagi ini. Segala sesuatunya sekarang tidak lagi sama. Aku tidak lagi sama.

nothing would be the same without you.

Comments

Popular Posts