The Meaning of Human Existence by E.O. Wilson : A Book Review

Arti kehadiran manusia di bumi adalah sebuah pertanyaan yang muncul berabad-abad dan menjadi bahan renungan para filsuf serta menjadi khotbah para agamawan. Manusia dengan gamangnya berusaha menatap ke depan, bertanya, "Apa arti semua ini? Semua kepedihan? Segala kebahagiaan? Pasti ada artinya, tidak mungkin hidup hanya sebegini saja."

E.O. Wilson berargumen bahwa pertanyaan tersebut bisa dijawab oleh ilmu Biologi. Wilson berargumen di dalam bukunya, "History makes little sense without prehistory, and prehistory makes littkle sense without biology," kemudian berpanjang menjelaskan mengenai arti kehadiran manusia di bumi. 

E.O. Wilson menyebutkan dalam bukunya bahwa, "In ordinary usage the word “meaning” implies intention, intention implies design, and design implies a designer. Any entity, any process, or definition of any word itself is put into play as a result of an intended consequence in the mind of the designer. This is the heart of the philosophical worldview of organised religions, and in particular, their creation stories. Humanity, it assumes, exists for a purpose. Individuals have a purpose in being on Earth. Both humanity and individuals have meaning." Bahwa jantung dari pengajaran agama - semua agama - adalah mengenai tujuan manusia ada di bumi ini. Sementara sains melakukan pendekatan mengenai arti atau tujuan manusia ada di bumi secara lebih luas. Bahwa manusia adalah hasil dari kebetulan di dalam sejarah, bahwa arti atau meaning hanya merupakan sebab akibat dan membuka ruang-ruang kemungkinan.

Depresif? Apakah argumen bahwa manusia ada di bumi ini semata-mata hanya sebuah kebetulan evolusioner membuat kita jadi depresi dan merasa tidak memiliki tujuan hidup? E.O. Wilson berargumen sebaliknya. Justru hal ini membebaskan manusia. 

E.O. Wilson berargumen bahwa yang membedakan manusia dengan binatang lainnya adalah kemampuan berpikir dan membayangkan mengenai masa depan dan kemungkinan-kemungkinannya,  dan kemampuan memilih di antara semua kemungkinan-kemungkinan tersebut. 

Dalam penjelasannya E.O. Wilson mencoba berangkat dari asal muasal manusia. Argumennya, "Humanity, I argue, arose entirely on its own through an accumulated series of events during evolution. We are not predestined to reach any goal, nor are we answerable to any power but our own. Only wisdom based on self-understanding, not piety, will save us." Tidak akan ada penyelamatan atau kesempatan kedua. Kita hanya memiliki planet ini dan hidup ini untuk dijalani. Dan menurut Wilson, kenyataan ini justru yang merupakan argumen pembebasan. 

Bagaimana mengenai baik dan jahat, moralitas dan segalanya? E.O. Wilson menyebutkan bahwa manusia selalu punya tendensi untuk menjadi kontradiktif (Harari menyebutnya sebagai cognitive dissonance). "We are all genetic chimeras, at once saints and sinners, champions of the truth and hypocrites — not because humanity has failed to reach some foreordained religious or ideological ideal, but because of the way our species originated across millions of years of biological evolution." Bergosip, membicarakan orang, menurut E.O. Wilson adalah bagian dari cara kita sebagai sebuah spesies untuk belajar dan bertahan hidup. Perdamaian di antara manusia, seperti sebuah buku yang pernah saya baca tapi saya lupa judulnya, menjadi penting karena melalui perdamaian inilah manusia bisa bertahan hidup.






Comments

Popular Posts